Iga Anggara

Dumai, Indonesia | FACEBOOK instagram WhatsApp

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 3

Perkenalkan, saya IGA ANGGARA memiliki pengalaman yang solid di bidang keuangan dan marketing, di mana saya telah berhasil mengembangkan strategi yang efektif untuk meningkatkan kinerja bisnis dan mencapai target yang ditetapkan. Dengan pemahaman mendalam tentang analisis keuangan dan pemasaran, saya siap untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3

Pengalaman Profesional

Gadget Leader – PT. Smartfren Telecom Tbk (Februari 2023 – April 2024)

Sales Executive – PT. Indo Jaya Seluler (FOOMEE) (Mei 2022 – Februari 2023)

Magang Divisi Keuangan – PT. Pelindo (2019 – 2020)

Latar Belakang Pendidikan

SMK Negeri 1 Dumai (Lulus 2020)

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3

Pengalaman Profesional

Gadget Leader – PT. Smartfren Telecom Tbk (Februari 2023 – April 2024)

Sales Executive – PT. Indo Jaya Seluler (FOOMEE) (Mei 2022 – Februari 2023)

Magang Divisi Keuangan – PT. Pelindo (2019 – 2020)

Aktivitas Organisasi & Sertifikasi

Keahlian Profesional

Artikel: Sejarah Perkembangan Ekonomi Indonesia

Ekonomi Indonesia mengalami perjalanan panjang yang dipengaruhi oleh faktor politik, sosial, budaya, dan global. Sejak masa kolonial hingga era modern, sistem ekonomi di Indonesia telah mengalami transformasi besar. Secara garis besar, perkembangan ekonomi Indonesia dapat dibagi ke dalam empat fase utama. Mari kita telusuri lebih dalam!

Ilustrasi masa kolonial Belanda di Indonesia, seperti perkebunan tanam paksa

1. Fase Ekonomi Kolonial (±1600 – 1945)

Pada masa ini, ekonomi Indonesia berada di bawah pengaruh kekuatan asing, terutama Belanda. Sistem ekonomi yang berlaku adalah ekonomi kolonial, yaitu orientasi produksi ditujukan untuk kepentingan penjajah.

  • VOC dan monopoli dagang (1602 – 1799): Belanda melalui VOC menguasai rempah-rempah dari Maluku, Jawa, dan Sumatra. Monopoli dagang membuat rakyat hanya boleh menjual hasil bumi kepada VOC dengan harga murah.
  • Cultuurstelsel atau Tanam Paksa (1830 – 1870): Rakyat dipaksa menanam tanaman ekspor seperti kopi, tebu, dan nila. Hasil panen sebagian besar diambil pemerintah kolonial untuk membiayai kas Belanda.
  • Ekonomi liberal kolonial (1870 – 1942): Setelah politik etis, swasta Eropa masuk ke perkebunan, pertambangan, dan perbankan. Rakyat pribumi tetap terpinggirkan.
  • Pendudukan Jepang (1942 – 1945): Perekonomian difokuskan untuk mendukung perang. Rakyat dipaksa kerja paksa (romusha), produksi pangan menurun drastis, dan inflasi tinggi terjadi.
👉 Ciri utama fase ini: Ekonomi eksploitatif, dualistik, dan sangat timpang antara penjajah dan rakyat pribumi.

Foto Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945, simbol awal Orde Lama

2. Fase Ekonomi Orde Lama (1945 – 1966)

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah menghadapi tantangan besar: membangun ekonomi nasional di tengah keterbatasan sumber daya.

  • Masa awal kemerdekaan (1945 – 1950): Ekonomi Indonesia kacau akibat perang kemerdekaan. Inflasi tinggi terjadi karena peredaran tiga mata uang (NICA, Jepang, dan ORI).
  • Demokrasi liberal (1950 – 1959): Pemerintah menerapkan sistem ekonomi terbuka, namun instabilitas politik membuat kebijakan ekonomi tidak konsisten. Inflasi tetap tinggi.
  • Demokrasi terpimpin (1959 – 1966): Ekonomi diarahkan dengan kontrol kuat negara. Nasionalisasi perusahaan asing dilakukan, tetapi manajemen yang lemah membuat produktivitas rendah. Krisis hiperinflasi terjadi pada awal 1960-an, mencapai lebih dari 600% per tahun.
👉 Ciri utama fase ini: Instabilitas politik-ekonomi, hiperinflasi, dan kontrol negara yang kuat.

Foto pembangunan infrastruktur era Orde Baru, seperti jalan tol atau kilang minyak

3. Fase Ekonomi Orde Baru (1966 – 1998)

Setelah kejatuhan Orde Lama, pemerintahan Soeharto mengambil langkah stabilisasi dan pembangunan ekonomi.

  • Stabilisasi ekonomi (1966 – 1970): Pemerintah bekerja sama dengan IMF dan Bank Dunia, menekan inflasi dari >600% menjadi ±10% dalam 3 tahun.
  • Repelita dan pembangunan (1970 – 1990-an): Pembangunan ekonomi dilakukan dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pertumbuhan ekonomi rata-rata tinggi (±7% per tahun). Minyak bumi menjadi sumber utama devisa.
  • Diversifikasi ekonomi: Setelah harga minyak jatuh tahun 1980-an, pemerintah mendorong industrialisasi, perdagangan, dan pertanian.
  • Krisis moneter 1997 – 1998: Nilai rupiah jatuh, perbankan kolaps, utang luar negeri membengkak, pengangguran dan kemiskinan meningkat. Hal ini memicu runtuhnya Orde Baru pada 1998.
👉 Ciri utama fase ini: Pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi tidak merata, ketergantungan pada minyak, dan berakhir dengan krisis besar.

Ilustrasi ekonomi digital modern Indonesia, seperti startup atau infrastruktur hijau

4. Fase Ekonomi Reformasi dan Kontemporer (1998 – sekarang)

Setelah reformasi 1998, ekonomi Indonesia memasuki era baru dengan sistem lebih terbuka dan demokratis.

  • Pemulihan pasca-krisis (1998 – 2004): Pemerintah melakukan restrukturisasi perbankan, privatisasi BUMN, dan mendorong investasi asing. Pertumbuhan ekonomi berangsur pulih.
  • Stabilitas makroekonomi (2004 – 2014): Inflasi dan defisit anggaran relatif terkendali. Indonesia masuk kelompok G20, mencatat pertumbuhan stabil ±5-6% per tahun.
  • Ekonomi digital dan infrastruktur (2014 – 2019): Pemerintah fokus pada pembangunan infrastruktur dan ekonomi digital. Startup unicorn seperti Gojek, Tokopedia, dan Traveloka lahir.
  • Pandemi COVID-19 (2020 – 2022): Perekonomian terkontraksi -2,07% pada 2020, namun pulih dengan stimulus fiskal dan moneter.
  • Ekonomi hijau dan digital (2022 – sekarang): Fokus pada transisi energi terbarukan, hilirisasi industri (nikel, bauksit), serta pengembangan ekonomi digital yang terus tumbuh.
👉 Ciri utama fase ini: Ekonomi terbuka, demokratis, berbasis digital, dengan tantangan globalisasi dan ketimpangan sosial.

Kesimpulan

Sejarah perkembangan ekonomi Indonesia mencerminkan perjalanan panjang dari ekonomi kolonial yang eksploitatif, ke arah ekonomi nasional yang lebih mandiri dan terbuka. Empat fase utama dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Kolonial (1600 – 1945): Eksploitasi dan ketimpangan.
  2. Orde Lama (1945 – 1966): Nasionalisasi, instabilitas, hiperinflasi.
  3. Orde Baru (1966 – 1998): Pertumbuhan tinggi, stabilisasi, krisis moneter.
  4. Reformasi (1998 – sekarang): Demokratisasi, digitalisasi, dan tantangan globalisasi.

Dengan belajar dari fase-fase tersebut, Indonesia diharapkan mampu melangkah menuju ekonomi yang berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka